Peringati Hari Kartini, Komisioner KASN Dorong Perempuan untuk Mandiri dan Berdaya Saing

Berita
23 Apr 2022 - 11:15
Share

Komisioner KASN, Sri Hadiati Wara Kustriani, menyampaikan, berdasarkan kajian Prospera, keadilan gender dan inklusivitas belum dirasakan perempuan secara optimal. Sebabnya, stereotip, subordinasi, beban ganda, marginalisasi, serta kekerasan berbasis gender masih terjadi dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan karier perempuan. 

Hal tersebut ia sampaikan pada Webinar Peringatan Hari Kartini bertajuk “Perempuan Tangguh, Mewujudkan Indonesia Maju”, Jumat (22/4/2022). Turut hadir sebagai narasumber pada webinar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem A. Makarim; dan Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nelly.

Komisioner KASN kemudian mendorong para perempuan untuk melangkah maju dan meraih harapan serta cita-citanya menjadi insan yang mandiri dan berdaya saing. 

Hal itu selaras dengan pernyataan Menteri PPPA, bahwa masih terjadi ketimpangan antara perempuan dan laki-laki. “Ketimpangan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat hasil pembangunan antara perempuan dan laki-laki masih terlihat adanya gap dengan jelas dari berbagai indeks dan data, seperti Indeks Pembangunan Gender, Indeks Pembangunan Manusia, dan Indeks Perberdayaan Gender," ungkap Menteri yang akrab disapa Bintang Puspayoga itu. 

Menteri PPPA melanjutkan, merujuk data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI), perempuan rentan mengalami kekerasan berbasis gender. Data per-April 2022, dari total 6.000 kasus kekerasan mayoritas korban adalah perempuan (79 persen). Data tersebut menunjukkan, kesetaraan gender masih belum tercapai. Maka dari itu, ia menyerukan upaya lebih keras dalam mewujudkan kesetaraan gender. 

“Salah satu strategi untuk mengurangi kesenjangan gender adalah pelibatan laki-laki dalam mewujudkan kesetaraan gender. Upaya ini tidaklah mudah, mengingat kita masih dihadapkan pada pola pikir sebagian masyarakat yang masih dipengaruhi oleh budaya patriarki," pungkasnya. (sa/nqa)